EFEK
MASS MEDIA DALAM PEMILU
Oleh:
Robeet Thadi, M.Si
INTRIK
politik menjelang pemilu 2014 semakin TERASA, hal ini semakin terlihat jika
kita membuka lembar demi lembar surat kabar dan ulasan acara di televisi yang tak
pernah kering menyoal seputar pemilu. Beberapa stasiun televisi berlomba-lomba menghadirkan
informasi pemilu sebanyak dan seaktual mungkin. Mulai
dari acara talk show, debat kandidat, dialog, atau poling sms. Demikan halnya dengan surat kabar,
beberapa surat kabar nasional dan daerah menghiasi lembaran korannya dengan
beragam berita seputar pemilu dan calon peserta pemilu, bahkan terjadi
penambahan rubric khusus seputar pemilu.
Fenomena ini merupakan gambaran dari peran penting media
dalam suatu pemilihan umum (election) seperti dikemukakan oleh Oskamp
& Schultz (1998), yakni memusatkan perhatian pada kampanye, menyediakan
informasi akan kandidat dan isu seputar pemilu. Pertanyaan besar yang sering
dilemparkan ialah, bagaimana media mempengaruhi wawasan politik, sikap dan
perilaku masyarakat?
Media memiliki kemampuan untuk ‘mengatur’ masyarakat, not
what to think, but what to think about. Penjelasan pada kalimat yang
‘indah’ ini ialah media cenderung mengarahkan masyarakat memikirkan hal-hal
yang tersaji dalam menunya, bukan apa yang sebenarnya terjadi di sekitar
masyarakat itu sendiri. Saat media A berbicara tentang Fatwa MA tentang Pilwakot dan Fatwa MK tentang Sengketa Pilkada, merembet pada
media lain, masyarakat pun ikut terlena di dalamnya. Media
mampu menggeser agena lain yang sebenarnya lebih tinggi nilai beritanya.
Melihat
demikian dominan pengaruh media dalam menggiring perilaku masyarakat pada suatu
situasi tertentu alih-alih ikut kata media, tentu peluang ini tidak akan disia-siakan
oleh aktor politik (caleg) untuk mendapatkan efek dari kuatnya pengaruh media
massa. Seperti telah
disinggung diawal bahwa peran utama media dalam suatu pemilihan umum ialah
menfokuskan perhatian masyarakat pada kampanye yang sedang berlangsung serta
berbagai informasi seputar kandidat dan isu politik lainnya. Walaupun mungkin tidak memberi dampak langsung untuk merubah perolehan
jumlah suara, namun media tetap mampu mempengaruhi banyaknya suara yang
terjaring dalam suatu pemilu. Akibatnya
setiap caleg berusaha mendapatan perhatian media untuk memperoleh keuntungan
dari berita dan iklan yang diterbitkannya.
Jadi, jangan
terlalu yakin jika poling-poling sms di berbagai stasiun televisi dan poling caleg di
surat kabar itu tidak memiliki
dampak apa-apa, setidaknya besarnya angka poling pada pihak A atau calon A, akan mengusik atau menciutkan hati pihak B, atau
lainnya. Masyarakat yang mengidolakan atau akan memilih capres-cawapres D
misalnya, ‘mau nggak mau dipaksa untuk ‘meringis’ tatkala melihat
jagonya berada di urutan buncit dalam poling sms, meski hampir semua percaya
bahwa itu bukan representasi masyarakat Indonesia, tapi bukankah demikian efeknya
orang lebih percaya media daripada fakta yang ada. (**)