SERIBU
WAJAH CALEG
Oleh
Robeet Thadi, M.Si
PEMILU caleg DPD, DPR/DPRD semakin dekat, bermodalkan
bahasa sosialisasi banyak cara caleg untuk mengenalkan dirinya kepada
masyarakat. Tidak jarang kita temukan disetiap persimpangan jalan baliho para
caleg dengan wajah diclose up secara
total, sampai-sampai kita berdecak kagum, wah…cantik sekali, benar gak si A ya?
Bahkan hampir disetiap pohon dipinggir jalan ada penghuninya, tapi bukan hantu
lho…melainkan gambar caleg. Interaksi simbolik caleg tidak hanya terbatas pada
visualisasi wajah dibaleho, nuansa simbolik dan simbolisasi bahwa saya seorang
caleg juga diperankan oleh para kandidat disetiap aktivitas panggung depan.
Dalam perspektif dramaturgis, kehidupan ini
ibarat teater, interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukan di atas panggung,
yang menampilkan peran-peran yang dimainkan para aktor. Untuk memainkan peran
tersebut, biasanya sang aktor menggunakan bahasa verbal dan menampilkan
perilaku nonverbal tertentu serta mengenakan atribut-atribut tertentu, misalnya
kendaraan, pakaian dan asesoris lainnya yang sesuai dengan perannya dalam
situasi tertentu. Aktor harus memusatkan pikiran agar dia tidak keseleo-lidah,
menjaga kendali diri, melakukan gerak-gerik, menjaga nada suara dan mengekspresikan
wajah yang sesuai dengan situasi. Apalagi sebuah harapan apa yang diperankan aktor
berbuah dukungan dari masyarakat di DP pencalegannya.
Banyak peran yang dimainkan oleh caleg
dipanggung depannya terkadang pertolak belakang dengan panggung belakang, ketika
dipanggung depan dia seorang caleg tentu harus berperilaku sebagai seorang
caleg yang harus berwibawa dan cerdas diyakini bertanggungjawab. Namun ketika
dia berada di rumah, sang caleg boleh jadi dia adalah sang ayah yang harus
berperan sebagai orang tua, yang mengayomi, mendidik dan membesarkan anaknya
dengan penuh kasih sayang. Mungkin tanpa kita
sadari, itu semua terjadi dalam setiap ‘adegan,’ pada sebuah ‘sandiwara’
kehidupan. Dunia
ini tak ubahnya panggung sandiwara, setiap kita punya panggung depan dan
panggung belakang, kitalah pemain drama dalam kehidupan.
Sebagai caleg yang sedang memainkan drama
dalam panggung politik, panggung depan yang ditampilkan tuntunya bukanlah
manipulasi seribu wajah agar mendapatkan dukungan semata dan terpilih menjadi
anggota legislatif, tapi panggung depan itu merupakan simbolisasi sang kandidat
dalam dunia politik ketika memainkan peran sebagai aktor politik dalam drama
politik.(**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar