7 TRADISI DALAM TEORI KOMUNIKASI
Selama bertahun-tahun pakar komunikasi telah menyadari adanya permasalahan
tentang bagaimana menggolongkan teori komunikasi sebagai sebuah bidang. Hal ini
menjadi sebuah tantangan bagi sejumlah pakar teori, guru, dan siswa karena
banyaknya teori dan kompleksitas perbedaan filosofis dan praktis yang ada.
Dalam sebuah artikel terbarunya, Robert T Craig mengungkapkan tentang suatu
visi bagi teori komunikasi yang memerlukan suatu langkah besar menuju penyatuan
bidang-bidang yang ada.
Craig berargumen bahwa bidang yang ada tidak akan pernah bersatu dengan
adanya teori-teori yang disatukan. Teori-teori yang ada akan selalu
merefleksikan perbedaan ide-ide praktis tentang komunikasi dalam kehidupan
normal, sehingga kita memang akan selamanya dihadapkan pada berbagai macam
pendekatan. Kita tidak bisa bertujuan untuk mencari model standar. Namun, jika
hal ini benar-benar terjadi, maka komunikasi akan menjadi satu bidang yang
statis dan mati.
Oleh karena itu, kita harus mencari sebuah koherensi berdasarkan:
Pemahaman umum tentang perbedaan dan persamaan yangada ataupun ketegangan menyolok diantara teori-teori yang ada.Komitmen untuk meredam ketegangan tersebut lewat dialog.
Pemahaman umum tentang perbedaan dan persamaan yangada ataupun ketegangan menyolok diantara teori-teori yang ada.Komitmen untuk meredam ketegangan tersebut lewat dialog.
Craig pernah menuliskan bahwa tujuannya semestinya bukan sebuah pernyataan
yang tidak membutuhkan adu argumen, namun seharusnya lebih sebagai wahana kita
untuk saling mengerti bahwa kita memang memiliki sesuatu yang sangat penting
untuk diperdebatkan Jadi, dari sini kita memiliki 2 syarat untuk menjadikan
teori komunikasi sebagai komunikasi sebagai sebuah bidang.
Syarat pertama adalah adanya sebuah pemahaman tentang persamaan dan
perbedaan, tetapi kita harus memiliki sebuah ide umum tentang bagaimana dan
kapan teori-teori tersebut bisa sependapat dan dan kapan serta bagaimana
teori-teori tersebut berseberangan. Kita memang membutuhkan sebuah metamodel.
Istilah meta sendiri berarti bagian atas. Jadi sebuah metamodel berarti sebuah
teladan dari seluruh model-model yang ada.
Syarat kedua untuk koherensi dalam bidang adalah definisi baru tentang
teori. Teori seharusnya tidak hanya dipandang sebagai sebuah penjelasan dari
sebuah proses, namun lebih sebagai sebuah pernyataan atau argumen yang sesuai
dengan pendekatan khusus. Dengan kata lain, teori adalah suatu bentuk “wacana” lebih
tepatnya, teori adalah sebuah wacana tentang wacana atau disebut disebut juga
dengan metadiscourse.
Sebagai seorang yang sedang mempelajari teori komunikasi, anda akan
menemukan bahwa konsep kembar ini sangat penting karena dapat membantu anda
dalam menentukan usaha macam apa yang sedang anda lakukan ini. Jika anda dapat
menemukan satu metamodel yang dapat digunakan, anda akan mampu untuk
menghubungkan teori-teori tersebut. Dan, apabila anda melihat teori komunikasi
sebagai metadiscourse maka anda akan mulai memahami nilai dari multi perspektif
demi bidang tersebut. Dengan kata lain, teori komunikasi akan terlihat sebagai
sebuah bongkahan batu yang diletakkan di atas meja di dalam laboratorium
geologi ataupun seperti sebuah model komputer dinamis tentang formasi bumi yang
dibahas dalam kuliah sejarah geologi.
Sebagai sebuah pemikiran dasar tentang metamodel, Craig mengatakan bahwa
komunikasi merupakan proses primer menyangkut pengalaman kehidupan manusi,
yaitu bahwa komunikasi membentuk kenyataan. Bagaimana kita meng-komunikasikan
pengalaman kita justru membentuk pengalaman kita. Banyaknya bentuk pengalaman
terbentuk dari banyaknya bentuk komunikasi. Maksud kita pun berubah dari satu
kelompok ke kelompok lainnya, dari satu latar belakang ke latar belakang
lainnya, dari satu periode waktu ke periode waktu lainnya. Hal tersebut
disebabkan oleh karakteristik komunikasi itu sendiri yang bergerak dinamis.
Sehubungan dengan pentingnya pemikiran tentang komunikasi sebagai sebuah
bidang ilmu, Craig pernah berujar :
“Komunikasi bukanlah fenomena kedua (sampingan) yang dapat dijelaskan oleh
ilmu-ilmu yang lebih dulu populer dan diakui seperti faktor psikologi,
sosiologi, budaya, dan ekonomi. Tetapi, komunikasi sendiri sebenarnya adalah
primer (utama) yang merupakan proses sosial yang menjelaskan faktor-faktor yang
lain tersebut”.
Craig menyarankan bahwa kita harus memindahkan prinsip yang sama ke
tingkatan yang lain. Teori adalah bentuk khusus dari komunikasi. Sehingga teori
membentuk pengalaman komunikasi. Teori berkomunikasi tentang komunikasi. Hal
inilah yang dimaksud sebagai metadiscourse oleh Craig. Teori yang berbeda
adalah cara berkomunikasi yang berbeda pula, dengan kata lain masing-masing
bentuk memiliki batasan dan kuasa sendiri-sendiri. Untuk kepentingan pengamatan
di dalam satu bidang, kita harus mengenal kekuatan konstitutif dari teori yang
ada dan mencoba menemukan satu cara mufakat dalam memahami untuk apa ada teori
yang berbeda-beda dan bagaimana perbedaannya.
Craig menuliskan bahwa seluruh teori komunikasi yang ada benar-benar
praktis karena setiap teori adalah respon terhadap beberapa aspek komunikasi
yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Setiap teori berusaha mempraktekkan
bentuk-bentuk komunikasi yang ada. Jadi, dialog di dalam bidang itu, dapat difokuskan
pada apa dan bagaimana teori-teori yang bervariasi itu menunjuk kepada dunia
sosial dimana manusia hidup. Craig mendeskripsikan 7 hal pokok yang kemudian
dianggap sebagai tujuh tradisi dalam teori komunikasi, yaitu : 1.) Retorika,
2.) Semiotis, 3.) fenomenologi, 4.) sibernetis, 5.) Psikologi sosialis, 6.)
Sosiokultur, dan 7.) Kritis.
Tradisi Retorika
Dalam tadisi ini teori memandang komunikasi sebagai sebuah seni praktis. Para komunikator sebagaimana pembicara, produser media,
dan juga sebagai penulis merasakan permasalahan dan tantangan yang membutuhkan
kesepakatan untuk berhati-hati dalam membuat pesan. Lalu, sang komunikator
membuat sebuah strategi yang sering menggunakan pendekatan-pendekatan umum
untuk merangsang audiens. Daya tarik logis dan emosional menjadi ciri khusus
teori-teori retorika. Tradisi ini memandang bahwa aktivitas seorang komunikator
diatur oleh seni dan metode. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa kita itu
sangat kuat dan berkuasa. Karena itulah, informasi memang penting dalam
pembuatan keputusan sehingga komunikasi dapat dievaluasi dan diperbaiki.
Tradisi Semiotika
Tradisi Semiotika
Tradisi ini memfokuskan pada tanda-tanda dan simbol-simbol. Komunikasi
dipandang sebagai sebuah jembatan utama kata-kata yang bersifat pribadi.
Tanda-tanda atau simbol-simbol yang ada mendatangkan sesuatu yang mungkin dan
tidak mungkin dibagi. Tradisi ini memang cocok untuk memecahakan
masalah,.kesalahpahaman, dan respon-respon subyektif. Tradfisi ini juga banyak
memperdebatkan hal-hal dalam bahasa yang meliputitanda, simbol, makna,
referensi, kode, dan pemahaman.
Keunggulan semiotika terletak pada ide-ide tentang kebutuhan akan bahasa
umum dan identifikasinya tentang subyektifitas sebagai penghalang untuk
memahami. Selain itu, juga kesepakatan yang multi makna dari simbol-simbol
teori semiotika sering berseberangan dengan teori-teori yang menyarankan bahwa
kata-kata tersebut memiliki makna benar, tanda-tanda yang menunjukkan obyek
yang ada dan akhirnya dikatakan bahwa bahasa itu netral!
Tradisi fenomenologi
Tradisi fenomenologi
Tradisi fenomenologi ini berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk
bagian individu-individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama
lainnya. Komunikasi dipandang sebagai saling berbagi pengalaman antar individu
melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi
dalam tradisi ini. Dan hal ini pula yang kemudian diadobsi secara teoritis
untuk menanggapi permasalahan-permasalahan yang timbul yang mengakibatkan
terkikisnya hubungan yang sudah kuat. Dalam tradisi ini anda akan menemui
wacana yang meliputi hal-hal sebagai berikut : pengalaman, diri sendiri,
dialog, asli, sportifitas, dan keterbukaan. Tradisi ini menjadi daya tarik
tersendiri sebagai suatu pendekatan teoritis saat tradisi ini membutuhkan
kontak manusia, penghormatan, pengenalan perbedaan, dan dasar umum. Tradisi ini
menentang wacana yang menyatakan bahwa komunikasi adalah semata-mata keahlian
yang memisahkan kata-kata dari hal-hal yang ada atau yang memisahkan
nilai-nilai dari fakta-fakta yang ada !
Tradisi Sibernetika
Tradisi Sibernetika
Dalam tradisi ini komunikasi dipandang sebagai pemrosesan informasi dan
masalah yang banyak ditujukan padanya kebanyakan berhubungan dengan keramaian,
kelebihan beban, dan malfungsi. Tradisi ini menjunjung kosa kata yang digunakan
oleh pengirim atau penerima pesan, informasi, umpan balik, pleonasme, dan
sistem-sistem. Tradisi ini juga nampak paling masuk akal ketika muncul isu
tentang otak dan pikiran, rasionalitas, dan sistem-sistem kompleks. Pada
umumnya, tradisi ini menentang argumen yang mengatakan bahwa ada perbedaan
antara mesin dengan manusia atau juga yang mendudukkan hubungan sebab akibat
yang bersifat linier.
Tradisi Sosiopsikologi
Teori-teori ini berkonsentrasi pada aspekaspek komunikasi yang meliputi
ekspresi, interaksi, dan pengaruh. Hal-hal yang menjadi tantangan dan masalah
pada tradisi ini adalah bahwa hasil harus dimanipulasi. Wacana dalam tradisi
ini menekankan pada perilaku, variabel pengaruh, kepribadian dan tingkah laku,
persepsi, kognisi, tindak tanduk, dan interaksi. Tradisi benar-benar tradisi
yang kuat terutama pada saat kepribadian menjadi begitu penting, penilaian
dibiaskan oleh kepercayaan dan perasaan, dan orang menjadi punya pengaruh atas
orang lain. Tradisi ini jelas-jelas keras bertentangan dengan klaim bahwa
manusia itu rasional dan tiap-tiap individu itu tahu tentang apa yang mereka
pikirkan dan bahwa persepsi adalah jalur yang jelas untuk melihat apa yang
sesungguhnya.
Tradisi Sosiokultural
Model ini menjadikan tatanan sosial sebagai pusatnya dan memandang
komunikasi sebagai perekat masyarakat. Tantangan dan permasalahan yang dituju
meliputi konflik, perebutan, dan kesalahan mengartikan. Dalam rangka
berargumentasi, para ilmuan dalam tradisi ini akan menggunakan bahasa yang
mencirikan unsur-unsur seperti masyarakat, struktur, ritual, peraturan dan
budaya. Tradisi ini juga sependapat dengan pemisahan interaksi manusia dari
struktur sosial.
Tradisi
kritis
Kelompok teori-teori dalam tradisi ini cenderung komunikasi sebagai suatu
tatanan sosial yang menyangkut kekuasaan dan penindasan. Teori-teori kritis
menanggapi permasalahan tentang ideologi, kekuasaan, dan dominasi. Wacana
kritis meliputi hal-hal sebagai berikut : ideologi, dialektika, penindasan,
kebangkitan kesadaran, resistansi, dan emansipasi. Tradisi ini mendorong pendekatan
kepada teori yang meliputi mengekalkan kekuasaan diri sendiri, nilai kebebasan
antara kemerdekaan dan persamaan, dan pentingnya diskusi yang telah
diberitahukan sebelumnya.
Dirangkum dari:
THEORIES OF HUMAN COMMUNICATION, Stephen Littlejohn, 5th edition, Wadsworth
Publishing Company, California, 1996.
A FIRST LOOK AT COMMUNICATION THEORY, E.M. Griffin, 4th edition, McGraw
Hill Companies Inc. United States of America, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar