rthadi

HOME

Minggu, 12 Mei 2013

Opini: SERIBU WAJAH CALEG


SERIBU WAJAH CALEG
Oleh
Robeet Thadi, M.Si

PEMILU caleg DPD, DPR/DPRD semakin dekat, bermodalkan bahasa sosialisasi banyak cara caleg untuk mengenalkan dirinya kepada masyarakat. Tidak jarang kita temukan disetiap persimpangan jalan baliho para caleg dengan wajah diclose up secara total, sampai-sampai kita berdecak kagum, wah…cantik sekali, benar gak si A ya? Bahkan hampir disetiap pohon dipinggir jalan ada penghuninya, tapi bukan hantu lho…melainkan gambar caleg. Interaksi simbolik caleg tidak hanya terbatas pada visualisasi wajah dibaleho, nuansa simbolik dan simbolisasi bahwa saya seorang caleg juga diperankan oleh para kandidat disetiap aktivitas panggung depan.
Dalam perspektif dramaturgis, kehidupan ini ibarat teater, interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukan di atas panggung, yang menampilkan peran-peran yang dimainkan para aktor. Untuk memainkan peran tersebut, biasanya sang aktor menggunakan bahasa verbal dan menampilkan perilaku nonverbal tertentu serta mengenakan atribut-atribut tertentu, misalnya kendaraan, pakaian dan asesoris lainnya yang sesuai dengan perannya dalam situasi tertentu. Aktor harus memusatkan pikiran agar dia tidak keseleo-lidah, menjaga kendali diri, melakukan gerak-gerik, menjaga nada suara dan mengekspresikan wajah yang sesuai dengan situasi. Apalagi sebuah harapan apa yang diperankan aktor berbuah dukungan dari masyarakat di DP pencalegannya.
Banyak peran yang dimainkan oleh caleg dipanggung depannya terkadang pertolak belakang dengan panggung belakang, ketika dipanggung depan dia seorang caleg tentu harus berperilaku sebagai seorang caleg yang harus berwibawa dan cerdas diyakini bertanggungjawab. Namun ketika dia berada di rumah, sang caleg boleh jadi dia adalah sang ayah yang harus berperan sebagai orang tua, yang mengayomi, mendidik dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang. Mungkin tanpa kita sadari, itu semua terjadi dalam setiap ‘adegan,’ pada sebuah ‘sandiwara’ kehidupan. Dunia ini tak ubahnya panggung sandiwara, setiap kita punya panggung depan dan panggung belakang, kitalah pemain drama dalam kehidupan.
Sebagai caleg yang sedang memainkan drama dalam panggung politik, panggung depan yang ditampilkan tuntunya bukanlah manipulasi seribu wajah agar mendapatkan dukungan semata dan terpilih menjadi anggota legislatif, tapi panggung depan itu merupakan simbolisasi sang kandidat dalam dunia politik ketika memainkan peran sebagai aktor politik dalam drama politik.(**)

Tidak ada komentar: